PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Kaum
laki-laki adalah pemimpin, pemelihara, pembela dan pemberi nafkah dan
bertanggung jawab penuh terhadap kaum perempuan yang telah menjadi isteri dan
keluarganya.
Rasulullah SAW,
bersabda: ”Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki
adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas semua keluarganya.
Seorang bawahan adalah pemimpin bagi harta majikannya, da ia bertanggung jawab
atas keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Dan kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas segala yang dipimpinnya”. (H.R.Bukhari Muslim).
Orang-orang
yang kaya bertanggung jawab atas harta yang dimilikinya, dan berkewajiban untuk
menunaikan zakat/infaq dari harta tersebut.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyajikan pembahasan mengenai
Hadist tentang tanggung jawab manusia.
B.
Tujuan Penulisan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai
bahan pemenuhan tugas pada mata kuliah Qur’an hadis
2. Sebagai
bahan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
3. Sebagai
sarana untuk menambah wawasan dalam bidang Materi qur’an hadist.
PEMBAHASAN
“Hadist Tentang Tanggung Jawab Manusia”
A.
Hadis Tentang
Tanggung Jawab Manusia
كلكم راع وكلكم
مسؤل عن رعيته . فا لاءمام راع
وهو مسؤل عن
رعيته والر جل راع في ا هله وهو
مسؤل عن رعيته
والمراة راعية في بيت زوجها وهي
مسؤلة عن رعيتها
. والخا د م راع في ما ل سيد ه وهو
مسؤل عن رعيته .
والاء بن راع في ما ل ابيه وهو مسؤل
عن رعيته فكلكم
راع وكلكم مسؤل عن رعيته (بخر مسلم)
Artinya “Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu
semua adalah bertanggung jawab dengan pimpinannya. Maka seorang imam (pemimpin)
adalah sebagai penggembala yang akan ditannya tentang pimpinannya. Dan seorang
laki-laki (suami) adalah sebagai pemimpin dalam keluarganya dan ia akan
ditanyakan tentang pimpinannya. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin
dirumah suaminya yang ia akan ditanyakan tentang hasil pimpinannya. Seorang
pembantu (pelayanan asisten) adalah menjadi pemimpin dalam mengawasi harta
benda tuannya, dan ia bertanggung jawab (akan ditanyakan) dari hal pimpinannya.
Dan seorang anak adalah pengawas harta benda ayahnya yang ia akan ditanyakan
tentang hal pengawasannya. Maka kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan
ditanyakan tentang perhatiannya. (HR. Bukhari-Muslim).
B.
Penjelasan
Hadits diatas menunjukkan bahwa ajaran Islam
sangat menjunjung tinggi tanggung jawab seseorang. Tanggung jawab ada
hubungannya dengan hak dan kewajiban. Orang-orang yang kaya bertanggung jawab
atas harta yang dimilikinya, dan berkewajiban untuk menunaikan zakat/infaq dari
harta tersebut. Dia juga berhak untuk mempergunakannya sebagaimana yang
dikehendakinnya asal sesuai dengan aturan Allah SWT.
Hadits diatas juga menjelaskan bahwa pada
hakikatnya semua manusia itu adalah pemimpin. Dengan demikian, semua orang
mempertangung jawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.
Disebutkan dalam hadis tadi, umpamanya seorang
pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya itu.
Selain itu,
hadis di atas berbicara tentang etika kepemimpinan dalam islam. Dalam hadis ini
dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggun jawab.
Semua orang yang hidup di muka bumi ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya,
sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya
terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya,
seorang bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung
jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada bawahannya,
dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada rakyat yang
dipimpinnya, dst.
Akan tetapi,
tanggung jawab di sini bukan semata-mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah
itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar) bagi yang dipimpin.
Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah lebih
berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang
dipimpin. Karena kata ra‘a sendiri secara bahasa bermakna gembala dan
kata ra-‘in berarti pengembala. Ibarat pengembala, ia harus merawat,
memberi makan dan mencarikan tempat berteduh binatang gembalanya. Singkatnya,
seorang penggembala bertanggung jawab untuk mensejahterakan binatang
gembalanya.
Tapi cerita gembala hanyalah sebuah tamsil, dan manusia tentu berbeda dengan binatang, sehingga menggembala manusia tidak sama dengan menggembala binatang.
Tapi cerita gembala hanyalah sebuah tamsil, dan manusia tentu berbeda dengan binatang, sehingga menggembala manusia tidak sama dengan menggembala binatang.
Anugerah akal
budi yang diberikan Allah kepada manusia merupakan kelebihan tersendiri bagi
manusia untuk mengembalakan dirinya sendiri, tanpa harus mengantungkan hidupnya
kepada penggembala lain. Karenanya, pertama-tama yang disampaikan oleh hadis di
atas adalah bahwa setiap manusia adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
dirinya sendiri. Atau denga kata lain, seseorang mesti bertanggung jawab untuk
mencari makan atau menghidupi dirinya sendiri, tanpa mengantungkan hidupnya
kepada orang lain.
Dengan
demikian, karena hakekat kepemimpinan adalah tanggung jawab dan wujud tanggung
jawab adalah kesejahteraan, maka bila orang tua hanya sekedar memberi makan
anak-anaknya tetapi tidak memenuhi standar gizi serta kebutuhan pendidikannya
tidak dipenuhi, maka hal itu masih jauh dari makna tanggung jawab yang
sebenarnya.
Demikian pula
bila seorang majikan memberikan gaji PRT (pekerja rumah tangga) di bawah
standar UMP (upah minimu provinsi), maka majikan tersebut belum bisa dikatakan
bertanggung jawab. Begitu pula bila seorang pemimpin, katakanlah presiden,
dalam memimpin negerinya hanya sebatas menjadi “Pemerintah” saja, namun tidak
ada upaya serius untuk mengangkat rakyatnya dari jurang kemiskinan menuju
kesejahteraan, maka presiden tersebut belum bisa dikatakan telah bertanggung
jawab. Karena tanggung jawab seorang presiden harus diwujudkan dalam bentuk
kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil dan kaum miskin, bukannya berpihak
pada konglomerat dan teman-teman dekat.
Oleh sebab itu,
bila keadaan sebuah bangsa masih jauh dari standar kesejahteraan, maka tanggung
jawab pemimpinnya masih perlu dipertanyakan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap manusia
bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya dan tugas itu akan dimintai
pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak di hari pembalasan.
Selain itu, hakikat tanggung jawab di sini adalah lebih berarti
upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin.
2 komentar:
Subhanallah, terima kasih :)
cek
Posting Komentar